Rabu, 12 Desember 2012

Lets Make Green

Bumi ini adalah kumparan berukuran besar yang berputar secara perpetual dengan pusat massa adalah garis vertikal kutub
utara-kutub selatan. Dengan angular momentum konstan, maka energy kinetic yang terjadi tidak dirasakan oleh manusia
ataupun mahluk yang ada dibumi ini. Energy kinetic yang dihasilkan dari perputaran perpetual bumi menyebabkan gravitasi,
daya tarik bumi terhadap benda-benda yang dekat dengan bumi. Melimpahnya CO 2 di atmosfir menyebabkan keseimbangan
alam bumi berubah, ozon pun menjadi kecil dan menyebabkan lubang besar yang memungkinkan ultra violet sinar matahari
mencapai ke bumi langsung tanpa filter oleh atmosfir bumi. Ultra violet sinar matahari yang masuk lewat kutub Selatan dan
Utara ini dimana ozon bumi sudah terkikis.
SeLEnGkApNYa
Pernahkah anda membayangkan dunia yang hanya diisi oleh manusia saja. Hewan-hewan banyak yang punah
(kecuali hewan parasit), demikian juga tumbuh-tumbuhan. Sungguh suatu keadaan yang sangat mengerikan apabila hutan hujan
berubah menjadi gurun, sungai mengering dan sumber-sumber kehidupan semakin menyusut. Manusia sebagai satu-satunya
penguasa di bumi tumbuh seperti semut yang menghabiskan semua sumber daya sekarang dan masa depan.
Yang tinggal mungkin hanyalah bekas planet yang diberi nama “Earth”dulunya biru yang sekarang berubah warna menjadi merah.

Bumi masa kini                                            Bumi yang akan datang (hanya sebuah ilustrasi)
Apakah benar seperti yang dikatakan banyak orang bahwa kiamat akan segera tiba ? Bayangkan saja pada zaman rasulullah saja beliau bersabda bahwa
kiamat sudah dekat, Bagaimana dekatnya Qta sekarang ini ? Wallahua’lam…
Oleh karena itu kwan sudah semestinya kita ini para calon intelektual muda untuk dapat dan sepantasnya memberi contoh yang baik untuk adik-adik kita
agar dapat membuat bumi kita menjadi biru lagi, bagaimana caranya? Diawali dengan hal yang mudah dulu, yaitu membuang sampah pada tempatnya,
kemudian baru dengan cara penghijauan lingkungan sekitar kita dahulu, setelah itu baru kelingkup yang lebih luas

Manfaat GO GREEN !

Manfaat Go Green adalah menjadikan bumi ini bersih dan hijau,mengurangi dampak Global Warming, lalu akhir-akhir ini kita sering merasakan panas nya terik matahari dari pada yang dulu,ini menandakan bahwa lapisan ozon yang ada di bumi ini semakin menipis.

Salah satu bukti terjadi pemanasan global adalah iklim yang tidak dapat di prediksi lagi dengan adanya musim kemarau yang berkepanjangan, mencairnya es di kutub yang mengakibatkan penambahan volume laut, beruang kutub sudah tidak nyaman lagi untuk tinggal di habitatnya, terjadi banjir di daerah yang selama ini belum pernah terjadi banjir dll.

AYOO GOO GREEN!!!!

Pemanasan global tidak dapat kita pungkiri mempengaruhi seluruh kehidupan kita. Mulai dari bencana yang sering terjadi (banjir tahunan, longsor, dsb), iklim yang tak menentu yang menyebabkan para petani gagal panen, dan masih banyak lagi dampak yang memperburuk kualitas kehidupan manusia. Keadaan bumi semakin lama semakin memburuk, apakah yang bisa kita lakukan untuk menanggulanginya? Apakah kita tega terhadap anak cucu kita yang harus menanggung dampak dari perbuatan kita?
Tentu saja kita tidak boleh tinggal diam. Menanggulangi pemanasan global memang bukanlah hal yang mudah. Banyak hal yang besar yang harus dilakukan untuk menanggulanginya seperti penanaman hutan dengan jumlah yang besar. Tetapi, tentu hal sesederhana apapun yang kita lakukan dengan niat untuk menanggulangi pemanasan global sangat berpengaruh.
Salah satu hal yang dapat kita lakukan demi menanggulangi pemanasan global adalah dengan merubah pola hidup kita menjadi pola hidup yang ramah lingkungan. Pola hidup yang ramah lingkungan bisa diwujudkan dengan mengurangi produksi gas rumah kaca dari alat transportasi, menghemat listrik, menghemat air, mendesain rumah dengan desain bangunan hijau, memperhatikan produk-produk yang kita akan beli, dan mengurangi sampah yang kita buang. Yang terakhir adalah kita ikut menanam pohon supaya gas rumah kaca terserap oleh pohon-pohon tersebut. (Semua hal di atas akan dijelaskan masing-masing dalam artikel yang lain.)
Memang kesannya merubah pola hidup adalah hal yang menyengsarakan dan jauh dari kenyamanan. Seperti harus berpanas-panasan tanpa ac, lelah karena naik sepeda ke kantor, atau yang lainnya. Memang benar hal-hal tersebut menggeser kenyamanan kita, tetapi jika kita peduli terhadap lingkungan dan generasi yang akan datang, kita bisa melakukannya, dan tentunya dengan kekereativitasan kita, kita bisa ramah lingkungan dengan cara yang menyenangkan dan menyehatkan. Jadi tunggu apa lagi? Mari kita bertindak selagi kita bisa!!

1 Pohon BE 5 Lembar Kertas

Hari ini esok dan tidak lebih dari enam bulan kedepan, saya dan ratusan mahasiswa di kampus ini yang sementara menjalani program mata kuliah tugas akhir/skripsi akan menjalani proses asistensi dan formalitas dan birokrasi yang katanya menjengkelkan dan membunuh idealisme pribadi skripsioner. Ini bukan tentang proses dari pengerjaan skripsi tetapi merupakan bagian terpenting dari pengerjaan skripsi, apalagi kalau bukan wadah alias bahan dasar yang digunakan untuk menampung, merampung ide yang dalam bentuk khayalan dan ingatan kemudian dirubah menjadi berwujud dimana wujud itulah yang dikatakan tulisan. Tulisan membutuhkan wadah, untuk formalitas seperti aktifitas kampus tentunya lah membutuhkan kertas.
Keadaan dan pemandangan yang menjadi sangat biasa dan hal yang wajar di daerah perkuliahan adalah lembaran kertas. baik itu tumpukan menggunung, selembaran yang berserakan, dan kertas laporan serta tugas akhir yang setiap harinya akan menggunakan kertas minimal 100 lembar setiap mahasiswa dimana 100 lembar kertas = 1/5 rim kertas yang akhirnya kebanyakan nasib dari kertas itu akan menuju ke tong sampah.
Maraknya pemerhati lingkungan dan tentunya tidak ketinggalan pula aksi kampus yang menyuarakan “go green” atau “save our forest” dan masih banyak lagi kata-kata yang empati terhadap lingkungan dari orang yang juga harus mendapatkan empati (walaupun tidak keseluruhan orang). Bagaimana mungkin instansi seperti kampus dikatakan mencapai target dalam aksi “go green” atau “save our forest” sementara hal terkecil namun bisa berakibat fatal bagi kelangsungan ekosistem hutan justru menjadi bahan konsumsi setiap hari.
Setiap Proses produksi kertas memerlukan bahan kimia, air dan energi dalam jumlah besar dan tentusaja bahan baku, yang pada umumnya berasal dari kayu . Diperlukan 1 batang pohon usia 5 tahun untuk memproduksi 1 rim kertas. Limbah yang dihasilkan dari proses produksi kertas juga sangat besar, baik secara kuantitatif dalam bentuk cair, gas, dan padat, maupun secara kualitatif. Agar limbah ini tidak mencemari lingkungan, maka diperlukan teknologi tinggi dan energi untuk mem-prosesnya.
Untuk memenuhi kebutuhan kertas nasional yang sekitar 5,6 juta ton/tahun diperlukan bahan baku kayu dalam jumlah besar yang mahal dan tidak dapat tercukupi dari Hutan Tanaman Industri (HTI) Indonesia, ironisnya kita lihat di sekeliling kita betapa banyaknya kertas yang ada di sekitar kita : dokumen, kemasan produk yang berlebihan, koran, majalah, brosur/leaflet/katalog produk, surat-surat, produk-produk sekali pakai, dan lain-lain. Padahal dengan memakai kertas bekas sebagai bahan baku kertas baru, sejumlah pohon, bahan kimia, air dan energi dapat dikurangi penggunaannya.
Untuk pohon Pinus mungkin sangat sulit dipastikan jumlah yang tepat, tetapi dengan perhitungan yang sederhana kita dapat memperkirakannya. Pertama, kita harus tahu pohon apa yang dimaksud? Sebuah batang pohon raksasa atau sekedar batang pohon yang kecil. Kertas dibuat dari batang pohon Pinus, maka kita harus mensurveinya untuk mengetahui diameter rata-rata pohon tersebut.
Sebagian besar pohon tersebut berdiameter 1 kaki (30.5 cm) dan tinggi 60 kaki(18 meter), ini menghasilkan volume sebesar 81,430 Inchi kubik kayu:
pi x radius2 x panjang = volume
3,14 x 62 x (60×12) = 81,430
Di lapangan, 2X4 kaki dari lembayran kayu mempunyai berat 10 pound dan terdiri dari 504 kaki kubik kayu. Ini menunjukan bahwa sebatang pohon pinus memiliki berat sekitar 1.610 pounds (81,430/504 * 10).Kita tahu bahwa pada pembuatan kertas, kayu diolah menjadi pulp (bubur kertas), hasil yang diperoleh sekitar 50%-nya saja. Karena sekitar setengah dari pohon yang diolah berupa mata kayu,lignin atau bahan lainnya yang tidak bagus untuk membuat kertas. Sehingga sebatang pohon pinus menghasilkan sekitar 805 pond kertas.
Jika kita bandingkan dengan berat kertas photocopy, 1 rim kertas photocopy mempunyai berat 5 pounds dengan jumlah kertas sebanyak 500 lembar. Sehingga berdasarkan perhitungan ini didapat (805/5 * 500)= 80,500 lembar kertas.
Jika kita tidak mulai memperbaiki pola konsumsi kertas sejak saatini, maka akan terjadi kebiasaan dan ketergantungan untukselalu menggunakan kertas dalam jumlah besar. Hal ini tentunya akan memberikan tekanan secara terus menerus kepada bumi kita dan memberi dampak yang kurang menguntungkan bagi lingkungan.
Jika sebuah organisasi terdiri dari 100 orang dapat menghemat 3 lembar kertas setiap hari, maka dalam setahun ada 156 batang pohon yang dapat diselamatkan.
13294956641380061325

Daur Ulang dengan Global Warming

ANDA pusing dengan tumpukan kertas yang tak berguna? Tak perlu dibuang ke tong sampah atau dijual kiloan dulu. Sebab, kertas tak berguna akan menjadi barang bernilai ekonomis jika berada di tangan orang yang kreatif. Bahkan, ikut pula menyelamatkan bumi.
Di kampus UIN Jakarta, Kelompok Pecinta Alam (KPA) Arkadia, membuat sebuah inspirasi baru bagaimana sampah kertas didaur-ulang hingga menjadi kertas baru yang berguna. Hasilnya memang tak terlalu sempurna. Namun, cara itu setidaknya dapat mengurangi tumpukan sampah kertas sekaligus menyelamatkan lingkungan dari ancaman limbah sampah organik itu.
Menurut Samsul Umar, staf Arkadia, sampah-sampah organik sebenarnya sangat mudah dimanfaatkan kembali. Selain dapat dijadikan kompos atau media tanam, sampah organik seperti kertas juga bisa disulap menjadi kertas baru yang berguna. “Di lingkungan kita pasti banyak sampah kertas. Nah, jika didaur-ulang, tentu akan bermanfaat seperti untuk menulis atau sebagai alat pembungkus,” ujarnya saat ditemui UIN Online di tempat workshop peragaan kertas daur ulang di lapangan Student Center, Selasa (8/6).
Namun, kata dia, pemanfaatan kembali kertas bekas tak semata untuk tujuan ekonomis, tetapi yang paling penting adalah ikut serta menyelamatkan bumi. Dengan mendaur-ulang kertas, misalnya, hal itu berarti dapat mengurangi penebangan pohon sebagai bahan baku utama kertas. “Bayangkan, jika pohon banyak ditebangi, bukan saja hutan menjadi gundul tapi bumi juga kian panas,” dalih mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora semester akhir ini.
Karena itu, agar bumi terselamatkan, sejumlah langkah penghematan penggunaan kertas dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, setiap mencetak sedapat mungkin menggunakan kertas di kedua sisi (timbal balik) atau kertas bekas. Kedua, menggunakan kertas daur ulang, dan ketiga memanfaatkan alat elektronik (digital file) seperti komputer dan internet baik untuk kepentingan surat-menyurat (e-mail) maupun penyimpanan arsip.
Untuk penggunaan kertas hasil daur ulang, Samsul menyarankan agar tak buru-buru dulu  membeli di toko kertas yang belakangan banyak dijual. Sebab, pembuatan daur ulang kertas dapat dilakukan sendiri secara mudah dan dengan alat sederhana.
Dia menjelaskan, beberapa cara untuk membuat daur ulang kertas itu dapat dilakukan sebagai berikut. Siapkan bahan-bahan yang dibutuhkan, seperti papan triplek kain tipis, screen (biasa digunakan sebagai alat menyablon) dengan kerapatan 36 atau 38 berukuran 25 x 25 centimeter atau 35 x 45 centimeter, rakel (alat perata), blender, bak besar berukuran 60 x 70 centimeter atau ember, kertas-lertas bekas (limbah), pewarna alami atau buatan, pemutih, dan lem kayu.
Langkah pertama dalam pembuatan kertas daur ulang, kertas bekas seperti koran, hvs berbagai ukuran, atau karton terlebih dahulu disobek-sobek kecil dan direndam dalam air selama sekitar dua hingga empat jam (bergantung jenis kertas, semakin tebal semakin membutuhkan waktu lama perendaman). Untuk memperoleh hasil kertas baru yang baik, rendaman kertas juga dapat dilakukan dengan blender hingga halus dan menjadi bubur (pulp) dengan perbandingan 1 gelas kertas dan 3 gelas air. Blender juga sekitar satu setengah sendok teh lem kayu sebagai perekat. Langkah kedua, masukkan bubur kertas ke dalam bak persegi berisi air dengan perbandingan 15 liter air dan 3 liter bubur kertas.
Langkah ketiga, masukkan screen yang sudah dibingkai persegi (ukuran disesuaikan) ke dalam bak hingga terendam dan angkat (tiriskan). Pastikan bubur kertas merata di atas permukaan screen. Setelah itu, siapkan dan pasang papan triplek yang sudah dibasahi air dengan kemiringan 45 derajat. Tempelkan screen pada papan tadi lalu gosok beberapa kali dengan rakel di atas permukaan screen hingga airnya turun. Jika sudah selesai jemur dan keringkan. Kemudian kertas pun siap dipergunakan.
Ulangi semua langkah di atas dengan cara yang sama untuk memperoleh jumlah kertas daur ulang yang diinginkan. Hanya saja, hasil tersebut kemungkinan kurang optimal, misalnya tekstur dan permukaan kertas yang tidak merata atau halus. Jika ingin menghasilkan kertas berwarna, dapat juga diberi zat pewarna alami seperti kunyit (kuning), daun jadi (merah), gambir (hitam), daun pandan (hijau), dan pacar cina (merah muda).
“Jadi, caranya memang praktis dan mudah meskipun menggunakan alat sederhana,” kata Samsul seraya memperlihatkan beberapa kertas hasil daur ulang yang dibuat tim Arkadia.
Meski demikian, kertas daur ulang yang dibuat tim Arkadia hingga kini tidak diproduksi secara massal, apalagi untuk kepentingan komersil. Tim Arkadia hanya ingin memperlihatkan kepada publik bahwa dengan cara seperti itulah kertas-kertas yang tak berguna di kantor, sekolah, dan bahkan di rumah dapat didaur-ulang. “Daripada dibuang, lebih baik dimanfaatkan lagi sambil berkreasi. Di samping itu, juga untuk menyelamatkan bumi yang kini sudah panas akibat hilangnya sebagian pohon karena ditebang maupun dibalak,” seloroh Samsul tanpa bermaksud mempromosikan Arkadia, lembaga kemahasiswaan yang concern terhadap lingkungan. (Nanang Syaikhu)